Kegagalan dalam berusaha atau berbisnis

9 10 2007

Entah berapa kali saya gagal dalam berusaha, mungkin sudah puluhan kali. Hal ini karena sejak pertama kali saya memutuskan ber’usaha’ sendiri, saya membuat sedikitnya 12 jenis rencana usaha yang ingin saya lakukan. Gila memang, kalau saya pikir, waktu itu 3 tahun lalu, saya merasa energi saya masih sangat besar untuk memulai sesuatu. Maklum, barusan lulus kuliah.

Dibandingkan sekarang, sebenarnya saya memiliki energi yang sama, hanya lebih sedikit, namun dalam kadar yang sangat hati-hati. Saya tidak begitu saja memutuskan untuk membuka sebuah usaha bila saya pikir tidak prospektif.

Baiklah. Apa saja rencana usaha saya 3 tahun lalu? Saya sebutkan saja diantaranya (yang tidak terkesan bodoh… hehe);

  • Membuat acara televisi, dengan membuat proposal gila yang saya ajukan ke pimpinan sebuah televisi lokal. Saya bahkan sampai hingga tahap meeting dengan pimpinan TV itu langsung. Disetujui namun saya diminta kolaborasi dengan pihak lain. Saya tidak setuju.
  • Membuat majalah gratis yang beriklan, yaitu free magz yang dibagi-bagikan di tempat2 strategis. Untuk ini saya waktu itu bekerja dengan komputer pentium 1 dan mondar-mandir berusaha menemui pimpinan-pimpinan usaha seperti toko, distro, kafe, dan sebagainya. Saya gila, berjuang sendiri dengan penampilan saya mirip2kan dengan sales, namun saya tidak mendapat respon banyak.
  • Membuat usaha web design, saya membagi-bagikan proposal pengadaan website ke berbagai perusahaan yang belum punya website namun sudah memiliki email, yang saya cari di yellow pages. Pertama kali saya ‘nyales’ untuk web design ini, dengan membawa secarik brosur fotokopian, dengan bersandal jepit (BENAR INI), menemui pimpinan perusahaan yang senyum-senyum saja melihat saya, … dia melihat kesungguhan saya namun tidak berminat dengan produk web design saya. Setidaknya saya pikir waktu itu; saya bangga bahwa saya bekerja UNTUK PERUSAHAAN SAYA SENDIRI, bukan untuk orang, meskipun saya belum berpenghasilan.
  • Berbagai ide gila usaha sendiri lainnya.

Orangtua saya harus saya diamkan dulu sebelum 1, 2, 3 jenis usaha sendiri yang saya rancang mulai menunjukkan hasil. Awal-awal usaha jelas adalah masa-masa paling ‘menyakitkan’ sekaligus sangat ‘menggairahkan’ untuk saya, yang harus saya tanggung sendiri. Saya harus mengecewakan ibu saya karena saat pendaftaran CPNS tiba, saya sama sekali tidak berminat dan saya utarakan pada ibu. Saya pernah bekerja tapi hanya sehari langsung tidak betah. Saya sibuk kesana kemari sebenarnya untuk memulai usaha, namun saya sering berkata bahwa saya sedang melamar pekerjaan. Lambat laun orang-orang tahu bahwa saya tidak ingin bekerja. Saya ingin berusaha.

Saat ini, saya memiliki cukup dana untuk memulai berbagai usaha mandiri yang layak dijalankan. Sedikit demi sedikit saya coba jalankan satu persatu. Namun saya tidak pernah berjalan tanpa planning. Saat ini saya mungkin tidak hadir dengan berpuluh-puluh ide usaha, namun saya sekarang hadir dengan sedikit ide usaha yang lebih berpeluang untuk sukses. Mungkin saya lebih menyempitkan lagi ide itu, atau sebenarnya saya menjadi lebih terlatih untuk melihat peluang.

Ini semua mungkin karena satu bacaan yang menggugah saya; yaitu seri Rich Dad Poor Dad karangan Robert T. Kiyosaki. Ya, saya salah satu korban perspektif orang ini, kalau bukan seseorang yang sangat mengagumi Kiyosaki.

Itulah sekelumit cerita tentang diri saya, yang jarang saya bicarakan dengan orang kecuali dengan beberapa teman saja. Saya harap teman-teman diluar sana bisa sharing dengan saya, atau setidaknya saya sharing dengan Anda semua.





Gotcha! laptop notebook acer 4710 akhirnya kudapat…

20 09 2007

Gotcha!!
Finally after a while searching for the right notebook for me (with the right budget  😉

Acer_aspire_4710_notebook

Kutemukan notebook Acer 4710 yang lumayanlah… buat sekedar kerja ditempat lain selain ruang kerjaku yang udah agak berkabut… hehe… kebanyakan disitu aku ini.

Notebook ini cukup murah, sekitar 7,3 jt aja dan untungnya kudapet dari dealer resminya. OK, selamat datang di kehidupanku wahai notebook, jangan lupa hidup yang lama.. hehe…

Nih notebook memang hasil hunting berdarah-darah (whueeessszzz) selama beebrapa waktu ini, baik di dunia maya (searching comment dan testimonial orang tentang produk ini), dan di dunia nyata (ketemu bakul-bakul laptop di toko2 komputer).

Acer_aspire_5920150507 Alhasil, meskipun ada beberapa pilihan seperti Toshiba, dll yang direkomendasikan beberapa orang, aku pilih si acer ini. Mungkin karena bentuknya yang sophisticated kali yah… sedangkan si Toshiba tuh… so last year!

OKE … KEMBALI KE LAP…

Memang menurut beberapa testimonial produk acer 4710 ini agak susah dimasuki windows xp. Tapi sekarang oke-oke aja…

setelah nyoba memakai notebook ini saya rasa produk ini oke dan nggak masalah. Memang satu hari sih… saya harap hari2 nantinya notebook ini tetap menhyertai saya, setidaknya selama 1-2 tahun ini, sehingga saya punya uang untuk beli laptop lain seandainya ada barang baru.

sempat juga agak ragu beli acer4710 karena banyak testi di internet bilang agak masalah dengan xp. Saya juga nggak begitu tahu tentang windows, tapi saya sreg aja, mungkin sekedar feeling dan ingin ya…





masuk koran lagi

14 08 2007

 

Mereka menelepon lalu membuat janji, begitulah wartawan, sambil berkata ‘Deadlinenya besok, jadi hari ini musti ketemu’. Well, itu yang terjadi hari ini. Saat aku hendak menggambar untuk seorang klien, seorang wartawan menelepon dan berkata ia butuh saya untuk diwawancara. Saya bilang, OK, saya tidak keberatan.

Pada jam yang ditentukan saya datang dan setelah menunggu setengah jam (masih dengan jam karetnya) pembicaraan dimulai. Saya tidak keberatan menunggu setengah jam, karena saya bisa menyaksikan sibuk-sibuknya orang kantor pemberitaan koran ini. Lalu lalang tanpa say hi dengan cangkir-cangkir minuman mereka, menghadap komputer dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Orang-orang ini cukup menarik perhatian saya, karena mereka bekerja, dan saya tidak. Lagipula pakaian saya menunjukkan saya bukan orang bekerja. Well, mungkin karena kebanyakan duduk di kantor, orang-orang ini mulai berubah sifatnya. Mereka menjadi lebih… terbiasa dengan apa yang ada. Tak lama, si wartawan datang, seorang cewek berkerudung, yang saya pikir adalah tipe cewek yang rajin dan mandiri. Ia menyapa saya dengan hangat dan kami mulai duduk. Proses wawancara dimulai.

Bla..bla..bla.. saya berbicara sesuai pertanyaan yang ia ajukan. Hanya sedikit pertanyaannya, tentang arsitektur rumah, namun jawaban saya lebih banyak. Pembicaraan banyak tentang rumah yang saya rancang dan barusan saja selesai dan sudah ditempati penghuninya.

Begitulah, duduk dan berbicara, orang-orang di seluruh kota akan mendengarkan apa yang saya katakan besok. Saya mulai menyadari bahwa ini boleh jadi bisa menjadi sebuah rutinitas. Rutinitas apa? Rutinitas untuk menjadi seorang pembicara, berbicara dan berbicara tentang bidang yang saya geluti; arsitektur.

Sudah beberapa kali saya diwawancara, sebagian oleh wartawan ibukota, yang ingin pendapat saya didengarkan sekali lagi, dan lagi. Untuk sementara saya ingin menyelami apa yang terjadi, barangkali saya mempertanyakan suatu keabsahan pendapat, bahkan pendapat saya sendiri.

Karena saya kuatir bahwa apa yang saya katakan kurang berkenan atau kurang bermanfaat. Hal inilah yang membuat saya lebih sering diam tanpa berkata-kata, meskipun saya bisa mengatakan sesuatu tentang sesuatu… Ada pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa terjawab oleh saya, meskipun saya sudah memberikan jawaban bagi banyak orang. Saya masih mencari setitik perumpamaan Tuhan agar saya bisa megerti lebih banyak, tentang dunia ini. Dalam perjalanan seorang manusia yang belum mencapai tempat tertingginya (adakah tempat tertinggi itu?) saya lebih banyak diam dan berpikir. Sementara itu saya melihat lebih banyak orang berbicara tanpa berpikir. Sungguh unik memang, si manusia itu.

Baik saya maupun mereka, pendengar dan yang didengar, orang kota dan orang desa, siapapun itu didunia ini mencari kehidupan dengan seluruh daya upaya, kadang tidak untuk apa-apa. Sungguh menakutkan, bila seseorang hanya hidup, namun tidak hidup karena terburu mati sebelum ia menyadarinya.





Daftar internet telkom speedy

14 08 2007

Kemarin datang dua petugas speedy memasang koneksi internet di rumah saya, tepatnya di kamar kerja saya. Cepet juga sih pasangnya. klik-klik gitu aja. Cuman adaptornya gede banget ya!

petugas speedy

O ya. Barusan saya istirahat kerjaan sejenak sambil motret2 didepan rumah, nyoba angle2 dan shoot trick lewat cam saya. Bukan cam yang mahal sih. harganya murah aja berapa juta. Tapi oke juga soalnya udah bisa dipake sedikit efek dari kamera SLR yang mahal. Bentuknya sedikit mirip cam SLR, cuma depannya nggak pake lensa tele. Kucoba pake shoot bunga2 di taman rumah ama bendera. Ada efek blur utk foto bunganya.

100_3671.jpg

Wah bendera merah putih berkibar ya. Nggak terasa, udah 17an lagi. Aku nggak nikmatin lagi kaya dulu… abis udah banyak kena kerjaan numpuk sih, lagian aku nggak sekolah. mau ikutan tetangga …. cape deh!

Btw, agak nggak sabar nih nungguin kiriman buku ‘Inspirasi rumah sehat di perkotaan’ judul bukuku yang baru terbit…. ! Belum datang2 nih si pak pos… jadi penasaran.