Entah berapa kali saya gagal dalam berusaha, mungkin sudah puluhan kali. Hal ini karena sejak pertama kali saya memutuskan ber’usaha’ sendiri, saya membuat sedikitnya 12 jenis rencana usaha yang ingin saya lakukan. Gila memang, kalau saya pikir, waktu itu 3 tahun lalu, saya merasa energi saya masih sangat besar untuk memulai sesuatu. Maklum, barusan lulus kuliah.
Dibandingkan sekarang, sebenarnya saya memiliki energi yang sama, hanya lebih sedikit, namun dalam kadar yang sangat hati-hati. Saya tidak begitu saja memutuskan untuk membuka sebuah usaha bila saya pikir tidak prospektif.
Baiklah. Apa saja rencana usaha saya 3 tahun lalu? Saya sebutkan saja diantaranya (yang tidak terkesan bodoh… hehe);
- Membuat acara televisi, dengan membuat proposal gila yang saya ajukan ke pimpinan sebuah televisi lokal. Saya bahkan sampai hingga tahap meeting dengan pimpinan TV itu langsung. Disetujui namun saya diminta kolaborasi dengan pihak lain. Saya tidak setuju.
- Membuat majalah gratis yang beriklan, yaitu free magz yang dibagi-bagikan di tempat2 strategis. Untuk ini saya waktu itu bekerja dengan komputer pentium 1 dan mondar-mandir berusaha menemui pimpinan-pimpinan usaha seperti toko, distro, kafe, dan sebagainya. Saya gila, berjuang sendiri dengan penampilan saya mirip2kan dengan sales, namun saya tidak mendapat respon banyak.
- Membuat usaha web design, saya membagi-bagikan proposal pengadaan website ke berbagai perusahaan yang belum punya website namun sudah memiliki email, yang saya cari di yellow pages. Pertama kali saya ‘nyales’ untuk web design ini, dengan membawa secarik brosur fotokopian, dengan bersandal jepit (BENAR INI), menemui pimpinan perusahaan yang senyum-senyum saja melihat saya, … dia melihat kesungguhan saya namun tidak berminat dengan produk web design saya. Setidaknya saya pikir waktu itu; saya bangga bahwa saya bekerja UNTUK PERUSAHAAN SAYA SENDIRI, bukan untuk orang, meskipun saya belum berpenghasilan.
- Berbagai ide gila usaha sendiri lainnya.
Orangtua saya harus saya diamkan dulu sebelum 1, 2, 3 jenis usaha sendiri yang saya rancang mulai menunjukkan hasil. Awal-awal usaha jelas adalah masa-masa paling ‘menyakitkan’ sekaligus sangat ‘menggairahkan’ untuk saya, yang harus saya tanggung sendiri. Saya harus mengecewakan ibu saya karena saat pendaftaran CPNS tiba, saya sama sekali tidak berminat dan saya utarakan pada ibu. Saya pernah bekerja tapi hanya sehari langsung tidak betah. Saya sibuk kesana kemari sebenarnya untuk memulai usaha, namun saya sering berkata bahwa saya sedang melamar pekerjaan. Lambat laun orang-orang tahu bahwa saya tidak ingin bekerja. Saya ingin berusaha.
Saat ini, saya memiliki cukup dana untuk memulai berbagai usaha mandiri yang layak dijalankan. Sedikit demi sedikit saya coba jalankan satu persatu. Namun saya tidak pernah berjalan tanpa planning. Saat ini saya mungkin tidak hadir dengan berpuluh-puluh ide usaha, namun saya sekarang hadir dengan sedikit ide usaha yang lebih berpeluang untuk sukses. Mungkin saya lebih menyempitkan lagi ide itu, atau sebenarnya saya menjadi lebih terlatih untuk melihat peluang.
Ini semua mungkin karena satu bacaan yang menggugah saya; yaitu seri Rich Dad Poor Dad karangan Robert T. Kiyosaki. Ya, saya salah satu korban perspektif orang ini, kalau bukan seseorang yang sangat mengagumi Kiyosaki.
Itulah sekelumit cerita tentang diri saya, yang jarang saya bicarakan dengan orang kecuali dengan beberapa teman saja. Saya harap teman-teman diluar sana bisa sharing dengan saya, atau setidaknya saya sharing dengan Anda semua.
Ada barang baru apa dibilang orang2…